ONCE UPON A TIME

Palangka Raya, Jumat, 05 Juli 2013.

 Assalamualaikum,
Senang berjumpa kembali, saya senang sekali bisa membagi pengalaman yang saya miliki. Hal ini mengingatkan saya ketika masih remaja..(heeee  jadi ketahuan kalau bukan remaja lagi ..:-) ). Saya ingin berbagi tentang pentingnya pendidikan Berkarakter dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi begini, ketika itu saya masih duduk di bangku sekolah menengah............

Saya dilahirkan di pulau garam, ketika itu Bapak saya dinas di sana, sebagai ABRI pada zaman itu sangat berat. apalagi dengan latar belakang pendidikan yang tidak tinggi-tinggi amat. Kami satu keluarga tinggal di sana semua, karena Bapak saya tidak bisa jauh dari keluarganya dalam jangka waktu yang lama. Gambar di bawah adalah yang paling mewakili kondisi saat itu (begitulah kira-kira suasananya yang saya ingat dan rasakan ketika saya melihatnya)

Penyeberangan dari Surabaya ke Kamal dan sebaliknya

Ibu dan Bapak seing memboyong anak-anaknya ke rumah Kakek dan nenek di Jombang ketika musim libur sekolah. Transportasi inilah yang ku ingat mengantarkan kami sampai Surabaya lalu di lanjutkan naik Bus sampai ke Jombang, saya ingat oper entah berapa kali, minimal 2 kali untuk ganti Bus. Aku sering mabuk dan muntah  karena mencium bau solar bercampur bau pafum dan keringat serta asap rokok. Sangat tersiksa perjalanan waktu itu gaess.

Aku sekolah di SDN Banyuajuh 4 Kamal, lokasinya dekat Pasar Kamal. Setiap pulang sekolah aku selalu menuju ke sana karena ibuku berjualan aneka kue kering di sana. Tempat favorit bisa di sebut, karena disana aku pasti dapat bakso yang enak kalau tidak begitu dapat bubur madura atau minimal dapat remahan kue kering..waah nikmatnya hidupku. Tak jarang aku menangis minta boneka, karena ia selalu berayun-ayun di depan mataku. Kios ibu tepat berada di depan toko mainan itu. 

Pasar Kamal

Pasar Kamal yg kuingat waktu itu (ini adalah sisi luarnya) 

Bila aku jatuh sakit, Bapak akan mmbawaku ke tempat dinasnya, karena di sana ada pusat kesehatan TN AL. Setelah bertemu dokter dan disuntik, Bapak akan membelikan aku nasi goreng warna merah di warung keci sebelah rumah sakit. Rasanya yang enak sekali, aku beum pernah merasakan nasi goreng yang sama setelah itu, bahkan beberapa kali mencoba  membuat sendiri dengan mengoplas bumbu.. masih belum ketemu racikan yg pas. Aku rindu sekali rasanya.
Tempat Dinas Bapakku dulu


Aku ingat berjalan dari pintu gerbang sampai ke pusat layanan kesehatannya jaraknya sekitar 700 m, untuk menuju sana jalanan yang kulewati adalah aspal kasar, tanah di sisi jalan seakan sengaja ditimbun sampai setinggi kira-kira 3 meter lalu diatasnya ditumbuhi pepohonan yang rindang dan rimbun oleh semak belukar, seakan-akan kita bejalan di lorong gua yang lurus tapi atapnya langit, aku juga sangat merindukan jalanan itu. Sampai di lokasi Bapak akan memintaku duduk di sisi- sisi lorong bangunan pusat kesehatan tesebut dan beliau akan mengikuti apel terlebih dahulu di lapangan depan bangunan tempatku duduk, kadang beliau memakai seragam berwarna biru laut, kadang berwarna hijau corak army, kadang berwana putih. Kira-kira seperti begini suasananya.

ilustrasi Situasi apelnya Bapak


Aku suka pas Bapak pakai baju putih seperti ini
gambar hanya ilustrasi.

Lanjuuutkan...
Pas kenaikan kelas 4 SD, Aku dipindah ke Jombang untuk ikut nenekku karena belau kesepian dan sendirian, kakek meninggal ketika aku masih sekitar umur  5 atau 6 tahun. Aku masih kecil gaess jadi berasa banget hidup tanpa Ibu dan Bapak serta saudara-saudara, Bayangkan kami 7 bersaudara, ditambah Bapak dan Ibu, tiba-tiba harus hidup sendirian bersama nenek saja. Sebelumnya setiap minggu aku bisa melihat serial Doraemon, lalu aku tidak tahu sama sekali tentang siaran Televisi karena belum ada listrik yang masuk ke dusun tempat nenekku tinggal. Pokoknya rasanya...aah...Mantab!

Begitulah dengan semua keluhanku dan keluhan nenekku, di semester ke 2, aku kembali pindah ke Kamal dan sekolah di SDN Banyujuh 2 sampai lulus. Lulus dari sekolah tingkat dasar ini, aku kembali dipindahkan ke "Jombang". Rupanya orang tua ingin menghabiskan masa tua di desa asal Nenek. Karena Bapak sudah mendekati masa pensiun, Bapak dan Ibu mulai memindahkan anak-anaknya (kami tujuh bersaudara) satu persatu, dimulai dari aku yang kebetulan mulai masuk ke SMP. Jombang adalah kabupaten kecil yang seingatku sangat hijau dan sejuk, sangat berbeda dengan pulau garam yang udaranya cukup panas (walaupun panas, aku kerasan tinggal di sana, mungkin karena aku lahir di sana).

Aku di Jombang sampa SMA kelas 2 lalu pindah ke Bojonegoro karena sesatu. Di sana adalah kota yang menyaksikan pertemuan pertama kalik dengan suamiku, kami tidak saling kenal. Aku hanya tahu nama panggilannya, kami tergabung dalam giat pengajian yang sama karena itu bisa bertemu. Namun kami tidak pernah bertegur sapa, hanya melihat sekilas saja. Aku sama sekali tidak menyangka dialah yg akan menjadi suamiku.

Di bawah ini adalah beberapa tempat yang sangat mengingatkan saya pada Jombang, walaupun sekarang sudah banyak berubah, akan tetapi lokasi dalam foto ini tetap di tempatnya, hanya  bentuknya dan warnanya  yang sebagian  berubah.

alon-alon Jombang 2010



Rumah Burung di Alun-alun Jombang

Jalan-jalan di Alun-alun Jombang tahun 2010

Alon-alon Jombang, tempat kami melaksanakan upacara bersama ketika memperingati hari kemerdekaan atau hari nasional lainnya, Olah raga bersama dan kegiatan2 besar lainnya. 


Ringin Contong Jombang

Di persimpangan jalan Merdeka (dari arah timur), jalan Wahid hasim (menuju selatan), jalan A yani (menuju ke barat) dan ke arah utara adalah jalan kemuning, ditandai oleh bangunan bersejarah ini, RINGIN CONTONG, Konon ada yang menceritakan bahwa pada jaman Majapahit dahulu para pengembara dari timur dan dari barat bertemu dan beristirahan di sini, di sekitar pohon beringin ini ada sumber air artesis (air yang memiliki tekanan ke atas) yang sangat melimpah, karena akar beringin yang sanggup menyimpan air yang banyak. Airnya terus mengalir dan agar tidak meluber maka dibuatlah tembok yang mengelilingi beringin tersebut. Orang sekitar menyebut kegiatan itu dengan contong. Kemudian dibangunlah menara air itu untuk mengalirkan air ke warga di wilayah itu, ada yang menyebutkan bangunan telah ada sejak tahun 1881, namun di lokasi sekitar bangunan ditemukan angka 1929 yang menegaskan tahun penyelesaian bangunan tersebut.



Warga Jombang sedang memberi makan burung merpati

Burung Merpati penghuni Rumah burung di Alun-alun Jombang

We 

Gapura Desa Ploso Geneng kec. Jombang

Pasar Jombang yang selalu padat pengunjung dan pengendara, alias langganan macet.

Masjid Luhur GAMA Perak Jombang tahun 2010

Sungai Irigasi d samping jl. Cendrawasih  tahun 2010

Jembatan sungai Brantas di Ploso tahun 2010

Masjid Jami' depan Alun-alun Jombang tahun 2010

Gapura Selamat datang Jombang dari arah Lamongan tahun 2010


Di bawah ini adalah SMP tempatku bersekolah, SMPN 1 Tembelang, dahulu penampakannya tidak begini, ini sudah di tahun 2010. Aku bersekolah di sana sekitar tahun 1993 sampai 1996, dulu pagarnya pagar besi biasa yang bisa di lihat dari jalan raya, sekarang sudah banyak berubah.

SMP terlegend 

SMPN 1 Tembelang 
Foto SMP ini hanya terlihat bagian depan saja, karena proses pengambilan gambar dilakukan di luar pagar sekolah.  (maklum sedang liburan panjang, karena itu kawasan sekolah sangat lengang, pintu pagar terkunci rapat. Pada zamanku sekolah ini selalu terbuka walaupun hari libur, karena ada  Penjaga Sekolah yang juga tinggal di lingkungan sekolah. (tidak ada yang berhasil kutemui, alhasil hanya bisa memotretnya dari depan saja).

Seperti yang sudah kuceritakan di atas
Dusun yang kutinggali belum masuk aliran listrik, padahal letaknya tidak jauh dari kabupaten, dan anehnya dusun sebelah yang lebih jauh letaknya dari kabupaten malah sudah terang benderang (aneh nya luar biasa, tapi itulah kenyataannya). Ketika malam datang lampu minyaklah yang membantu kami agar dapat beraktifitas dengan leluasa, walaupun tetap terbatas, tapi setidaknya cukup membantu. Terus terang aku benci malam di tempat itu, sangat gelap dan menyeramkan. Aku bukan penakut, tapi aku tidak menyukai gelap, rasanya sepi dan dingin. Kalian pahamkan, aku tujuh bersaudara, aku rajin ke pasar, aku suka mengikuti ayahku kerja, aku suka bercanda, bermain bahkan bertengkar dengan mereka saudaraku, aku terbiasa dalam keramaian sejak kecil. Aku benar-benar benci sepi.

Untunglah kegiatan di Musholla  sangat beragam, kami bersama-sama "Cak Leg" yang biasa mengajar kami akan menghidupkan lampu petromak untuk penerang musholla. Dua lampu jika ada pengajian kelompok, dan satu lampu jika hanya untuk pengajian ABG setiap habis maghrib.



Contoh lampu petromak, persis sekali dengan yang dipakai di Musholla

Lampu ini harus diberi net di bagian tengahnya, warnanya putih, sebelum menyalakannya harus di bei spiritus dahulu lalu di sulut dengan api, kemudian harus dipompa sampai angin dari bahan bakarnya sampai ke netnya dan warnanya akan mencorong seperti bohlam 30 watt, ada penyetalnya yg bsa diputar kekiri dan kekanan untuk menyetel tingkat penerangan dari sinarnya . Bahan bakarnya adalah minyak tanah yang di masukkan dalam ketel dibagian bawahnya. Aku suka menyulut apinya dari batang korek ke net yang telah dibasahi oleh  spiritus. LUUPH ..apinya langsung seperti pindah secepat flash ke netnya. deg deg kan sih ..tapi cukup menyenangkan.


Lampu teplok yang begini yang menerangi kamarku dan kamar nenekku

Lampu Teplok yang agak besar begini yang digantung di ruang tamu





Nenekku adalah seorang yang sangat religius, Aku sangat mengagumi semangat ibadahnya, saat beliau bangun ditengah malam buta, berwudlu dengan air yang sedingin es, kemudian bersujud dan berdoa sampai subuh menjelang. Padahal beliau sudah renta, keriput dikulitnya tidak dapat menyembunyikan umurnya yang telah dimakan waktu. Tapi semangat beribadahnya benar-benar berjiwa muda, beliau melaksanakan puasa nabi Daud, dimana prakteknya adalah sehari puasa sehari tidak, sampai beliau wafat.

Ki-ka : Kakak Pertama, Ibu dan Nenek 

Di bawah didikannya saya benar-benar diajak melupakan kesibukan dunia, Dari subuh hingga sehabis isya'. Setelah subuh diwajibkan mengikuti pengajian tafsir Al Quran sampai pukul 6 kadang lebih, ini yg melatar belakangi kisah dibalik sering terlambatnya diriku sampai di sekolah. Lepas sholat dhuhur, ada pengajian cabe rawit sampai pukul 15.30, setelah sholat ashar pengajian tadarusan atau baca Alquran. sampai pukul 17.00 kadang sampai pukul 17.30 dilanjutkan setelah sholat maghrib kegiatan pengajian tafsir hadist atau tajwid atau belajar nasehat sampai isya, kadang- kadang kami harus menmba mengisi kolah tempat air wudhu di mushola, masing-masing 10 timbaan. dan setelah isya pengajian Kelompok, sebenarnya ini untuk orang dewasa, tetapi aku yg malas di rumah karena gelap dan sepi, aku lebih suka mengikutinya karena pasti rame. Kadang aku mendengarkan dengan baik, kadang aku ngobrol dengan temanku (pasti kena sentil sih, tapi seru)  pengajian itu berlangsung sampai pukul 21.30, tidak jarang sampai pukul 22.00 WIB. Aku tidak pernah mengerjakan PR matematikaku ataupun Fisika ku. Guruku sangat mengincarku karena itu dan tentu saja didikan nenek dan lingkunganku yg menang, raporku dihiasi angka 5. Untunglah Ibuku tidak memarahiku, dan nenekku tak pernah melihat nilaiku sama sekali, dia hanya menandatanganinya saja. Setelah lepas dari usia cabe rawit, aku tidak lagi bergabung di pengajian habis dhuhur, tetapi digantikan oleh kegiatan menggembalakan kambing.,  Fiuuh. Benar-benar pengalaman yang berharga.

Ketika Bapak/ Ibu guru memarahiku adakalanya aku merasa sangat sedih, biasanya aku melupakan kesedihan itu dengan cara bermain bersama teman-temanku selama mungkin  sampai merasa lebih baik.

Begini kira-kira expresiku kalau sedih...


Aku rajin lo menanam tanaman di depan rumah dengan biji-bijian seperti cabai, tomat sampai terung. Bahkan bawang merah pun ku tanam. Tidak lupa bunga-bunga yang indah,  

Ketika rumah kotor, itu adalah tanggung jawab mutlakku untuk membersihkannya, demikian pula ketika tidak ada makanan di meja makan, cucian yg menumpuk, piring kotor ataupun bak mandi yang kosong. Dengan segera aku akan melakukan tanggung jawab tersebut.

Ketika cucian menumpuk, piring kotor, rumah berantakan ataupun bak mandi kosong aku sangat sadar apa yang harus dilakukan. Baju kotor dicuci, piring kotor juga dicuci, rumah berantakan dibereskan dan disapu. Lalu bak mandi kosong harus dipenuhi, aku bisa menimba airnya dari sumur. 

Tetapi.... saat bertemu meja kosong tanpa makanan, aku sangat bingung apa yang harus dilakukan. Nenek selalu berpuasa, Aku hanya punya uang jajan 1000 rupiah waktu itu, kadang malah tidak bersaku, dan uang itu pasti habis di sekolah untuk beli es dan krupuk.  

Karena terlalu kebingungan, aku berfikir dengan keras bagaimana agar meja bisa terisi makanan. dan aku bisa makan (Nasi dan garam selalu ada, hanya lauk dan sayur yang paling sering tidak ada. Nenek  terbiasa makan dengan itu, dan aku?? 
Aku tentu saja tidak. Beliau mendidikku agar bisa seperti beliau, makan dengan apa yang ada, tapi ini tidak pernah behasil bahkan hingg hari ini. Apabila sehari atau dua hari mungkin aku masih bisa, tapi tidak untuk berhari-hari.

Lauk Favorit Nenek ^_^

Untungnya di kebun, ada jamur kuping  segar yang bergerombol tumbuh pada sebatang kayu salam yang mulai lapuk, ada pula jamur Ringgit berbaris di batang pohon kelapa yang baru ditebang bahkan jamur So (Jamur yang tumbuh di bawah pohon belinjo). Aku memikirkan akan diapakan ya, sambil mulai memetik secukupnya karena berharap bisa menjadi persediaan hingga esok ataupun lusa.  Tanaman cabai yang mulai bersemu merah buahnya juga ku petik. Dengan menambahkan sedikit garam dan sedikit irisan bawang merah saja akhirnya ... aku bisa makan enak. "Tumis Jamur Pedas", kadang-kadang kalau tidak ada minyak aku memepesnya, Waah...ini benar-benar menghabiskan nasiku

Gambar di bawah ini aku pilih yang paling mewakili, karena saat itu aku tidak kenal sama yang namanya HP.  Kemudian kamera adalah barang yang sangat mewah untuk dimiliki, aku tidak punya.

Pepes Jamur

Tumis Jamur Kuping

Tumis Jamur So



Dengan rasa syukur pada Allah atas pemberian akal dan fikiran serta limpahan nikmatnya yang tiada terkira itu aku mengakhiri makanku.

Besok masak apa lagi ya dari hasil kebun, mmmm...



Jamur Ringgit


Jamur So


Jamur Kuping



Pembaca yang baik, semoga ceritaku kali ini bisa diambil hikmahnya ya, semoga bisa diambil manfaat, dan dijadikan pembelajaran. Sampai jumpa di tulisanku yang lain ya.
Wassalam.

Ket:
  • Jamur Kuping : Jamur yang memiliki tubuh buah yang kenyal (Mirip gelatin) jika masih dalam kondisi yang segar. Berbentuk seperti mangkuk atau kadang seperti kuping  dan berdaging. Biasa tumbuh pada batang pohon yang telah menua.
  • Jamur Ringgit : Sejenis jamur merang akan tetapi tumbuh secara liar biasanya pada batang pohon kelapa yang telah mati, tepi lamelanya bergerigi, teksturnya lebih kenyal dari jamur merang dan rasanya sangat gurih.
  • Jamur So : Jamur berbentuk seperti kentang berwarna kecoklatan biasa tumbuh di bawah pohon Melinjo dengan tekstur seperti spon dengan rasa lezat yang khas.
Sumber Foto: klik di caption foto








Komentar